Juni 2013 adalah masa dimana Aku
merasa kebingungan. Program Praktek Lapangan (PPL) akan segera selesai. Aku pun
harus melanjutkan mata kuliahku yaitu Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA). Aku tidak
mempunyai teman yang mempunyai proposal Kukerta yang lulus. Aku diharuskan
memilih KKN reguler dikarenakan kuota proposal yang lulus KKN Tematik telah
penuh. Aku pun menghibur diri dan berfikir positif bahwa Aku harus mengikuti Kukerta Reguler di bulan oktober
yang kabarnya dilaksanakan di Negeri Sepucuk Nipah Serumpun Nibung, Kabupatenku
tercinta. Beberapa hari kemudian, saat sedang mengajar di kelas XI IPA2 SMA
N 8 Muaro Jambi, tiba-tiba terdengar suara dering handphoneku. Aku pun segera
menjawab panggilan tersebut, “Dodo... Kamu mau gantiin Aku di Tim Kukerta Tematik Kelompok Fakultas
Ekonomi”. Aku pun langsung mengubungi kontak nomor yang diberikan.
Setelah Aku menghubunginya, Aku bertemu dengan salah satu anggota kelompok
tersebut di depan gedung akademik Fakultas Ekonomi. Sebuah pikiran yang selalu
membayangiku adalah mampukah Aku mengimbangi gaya hidup Mahasiswa/i Fakultas Ekonomi yang
cukup tinggi?
Beberapa minggu kemudian, Aku
bersama tim Kukerta melakukan survey di Desa Lubuk Raman dan Desa Tanjung
Katung. Aku tak tahu letak kedua Desa tersebut. Sangat asing bagiku nama kedua
desa tersebut. Jam yang berada di pergelangan tanganku telah menunjukan pukul
14.00 WIB, Kami pun berangkat menuju kedua desa tersebut. Aku bingung, tak satu
pun Aku mengenal teman Kukertaku. Setelah menempuh perjalanan kurang dari dua jam, Aku berfikir sejenak” arah jalan ini
mengarah ke Kabupaten Tanjung Jabung Timur”. Iya benar, tak lama kemudian kami
berjumpa gerbang “Selamat Datang di Tanjung Jabung Timur”. Perjalanan masih cukup jauh, Aku harus
menempuh kembali 4 Km dengan keadaan jalan yang cukup terjal. Dalam hatiku
bertanya begitu jauh tempatku melaksanakan Kukerta. Ku arungi terjalnya jalan
dengan sambutan serpihan debu. Tibalah Kami di Desa Lubuk Raman dengan sambutan
yang begitu hangat oleh Kepala Desa dan Keluarga. Setelah dari Lubuk Raman,
Kami menuju Desa Tanjung Katung. Melalui jalan yang jauh lebih terjal dan
berdebu. Kurang dari satu jam jalan yang Ku tempuh, tibalah Aku di Desa Tanjung
Katung. Sehelai kain yang menutup tubuh berubah warna dari hitam menjadi
kuning. Sepatuku yang berawal putih berubah warna menjadi kuning. Apakah yang
terucap setibaku di Desa Tanjung Katung? “Ku temukan sebuah kehidupan, di sini”.
Tampak seperti beberapa memandang ke arahku. Tetapi apalah daya, kata telah
terucap.
Sungguh Aku merasa bersalah atas
sebuah ucapan tersebut. Apalah arti diriku. Manusia yang MENUMPANG di proposal
orang lain. Tak berhak atas bicara, Tak berhak atas kehendak. Aku hanya boleh
mengikuti semua yang telah ditentukan. Aku selalu berfikir demikian. Hingga Aku
pun sering terdiam sendiri, Dan menatap langit “Tuhan Aku ingin bicara tetapi
Aku takut”. Aku takut jikalau pendapatku seperti angin yang berlalu. Aku hanya bisa bersyukur
atas segalanya. Aku berterima kasih atas kesediaannya menerimaku dengan baik
dengan berbagai kekuranganku. Mungkin Aku takkan mendapatkan keindahan Kukerta
tanpa Kalian. Terima kasih teman-teman.
Inilah sebuah keindahan Kukerta yang pernah
Ku rasakan sekali seumur hidupku...
Kami hadir 15 orang dalam 15 karakter yang berbeda. Sejak
tanggal 16 Juli 2013, Kami mengawali kebersamaan dengan saling memahami setiap
karakter. Kami mendapatkan tempat yang nyaman di Desa Lubuk Raman. Posko Kami
berada di Rumah Kepala Desa Lubuk Raman. Berbagai fasilitas tersedia di rumah tersebut. Sambutan dari Bapak Kepala
Desa dan Keluarga begitu hangat. Kami di sedia dua kamar, satu kamar untuk
laki-laki dan satu kamar lagi untuk perempuan. Kami pun tak banyak membawa alat
dapur karena telah tersedia di rumah Kepala Desa. Kepala Desa yang berusia muda
sehingga memiliki kedekatan dengan Kami Bak
Kakak dan Adik. Kami pun sering mendapat arahan yang bersifat positif. Kami
hadir di bulan ramadhan sehingga gema ramadhan pun terasa. Namun, di awal
kedatangan Kami ada sebuah kesedihan. Saat Kami melaksanakan sholat taraweh,
keadaan masjid begitu sepi. Kami pun mencoba menghidupkan kembali masjid tersebut
dengan melaksanakan sholat taraweh. Secara bergantian bersama tim untuk menjadi
petugas untuk melaksanakan sholat taraweh. Dengan keterbatasan pengetahuan
tentang agama, Kami berusaha semampunya memimpin menjadi imam dan bilal. Tak
berhenti pada satu masjid, Kami melaksanakan sholat taraweh berjama’ah di Rt
08. Keduanya memiliki ke unikan yang sama. Ketika imam selesai membaca
al-fatihah, makmum menjawab “Amin” dan
intonasi suara yang digunakan itu bernada hingga terkadang membuat jama’ah lain
terganggu serta tertawa jika tak mampu menahan teriakkan tersebut. Terkadang
kami menyempatkan bermain badminton sepulang dari sholat berjama’ah.
Begitu banyak kisah seru saat Kami akan melaksanakan Buka
Puasa. Kami sering kali melakukan HoMe Seet sehingga yang kalah mandi
terakhir. Beberapa hari berturut selama bulan ramadhan, Aku dan Randy sering
kali kalah sehingga sering belum mandi saat melaksanakan Buka Puasa. Selesai
Kami berbuka puasa, Kami langsung bersiap-siap untuk melaksanakan sholat magrib
berjama’ah. Tim pun sering mendapat undangan dari masyarakat untuk buka bersama
dan yasinan. Sebuah ciri khas dari tim ialah kekompakan. Kami hadir di setiap
acara masyarakat dengan pakaian yang kompak dan hadir bersama. Kedekatan
bersama teman-teman Kukerta dan masyarakat mulai erat. Beragam kebiasaan dari
setiap teman mulai tampak.
Setelah Idul Fitri, Tim Kukerta memulai pelaksanaan
Program Kerja. Aktifitas pun semakin menarik. Setiap sore kami bermain
vollyball. Saat pertama kali bermain vollyball, Aku sering kali tidak dapat
menerima bola dengan baik. Aku pun mencoba belajar. Beberapa hari Aku hanya
bermain di lapangan dekat posko. Ketika Aku bermain ke lapangan bawah yaitu di
Rt 08, Aku banyak ketemu banyak siswaku. Disini keseruan dimulai, siswaku
selalu mengoper bola ke posisiku. Juni adalah salah satu siswa kelas IX. Aku
pernah mengajar kelas dikelasnya. Setiap menyervis dia selalu memanggil
namaku,“Kak Dodo”. Menambah keseruan semua ini, Aku bersama anak-anak Kukerta
membagian dua bagian tim yang salah berlawanan. Kami membuat sebuah perjanjian
bahwa yang kalah main mandinya terakhir. Hal tersebut yang menjadi penyemangat
kami dalam bermain. Demi mempertahankan bola agar tidak jatuh, Kami melakukan
usaha sedemikian rupa agar tak kalah dalam permainan. Aku sering kalah,
sehingga sering Aku mendapat giliran mandi terakhir. Namun, sering kali Aku mandi
duluan dengan alasan Aku ingin sholat magrib sehingga mereka mengizinkan Aku
mandi lebih awal. Kami sering mendapat undangan yasinan dari masyarakat
sehingga hampir setiap malam Kami bersemangat untuk berangkat dengan membagi
pasangan motor satu sama lain.
Desa Lubuk Raman memiliki masyarakat yang sangat ramah.
Aktifitas Tim Kukerta dapat berjalan dengan baik atas kerjasama dengan
masyarakat. Begitu semangat menjalani aktifitas di Lubuk Raman. Setiap pagi
Kami selalu sarapan bersama. Nasi goreng, Mie goreng atau gorengan lainnya
menjadi santapan sarapan pagi. Sebuah teriakkan setiap pagi terdengar tuk
membangunkan mahasiswa yang mendapat
giliran. Aku memiliki kelompok piket bersama Randy, Mulyono, Astari dan Amrina.
Kami sering membagi tugas. Randy bertugas membersihkan bagian dalam rumah,
sedangkan Mulyono sering kali mendapat bagian memasak nasi. Untuk yang Astari dan
Amrina yang memasak lauk dan sarapan pagi. Aku mendapat tugas membersihkan
halaman, karena Aku sering mendapat jam mengajar di sekolah pukul 08.00 WIB.
Terasa indah menyapu helaian daun yang bertebaran. Sapa indah sering terdengar
dari siswa/i yang melalui depan poskoku. Terkadang Aku tak mendengar sapanya,
karena kerasnya lantunan musik yang ku dengar dari handphoneku.
“Pagi Kakak”,adalah
sapa mereka.
“Pagi Kakak, Rajin
buanget”,ungkap mereka.
Sebuah kerjasama yang sangat luar biasa. Aku yang terbiasa
dengan mahasiswa Keguruan, kini Aku harus menyesuaikan diri terhadap mereka.
Kami menjalankan program dengan pembagian yang seimbang. Bila waktu makan siang
telah masuk, mama omen atau mahasiswi yang lain selalu berteriak kepada
Mahasiswa. “Ayo Makan...Sehari-hari kami makan bersama-sama. Bila waktu sholat
telah tiba, Kami saling mengingatkan satu sama lain. Seperti sholat magrib dan
sholat isya’, Kami sering melaksanakan berjama’ah. Sebuah hal menarik yang
sering Aku perdebatkan bersama Agung. Aku dan Agung sering berdebat untuk imam
sore itu. Sebuah tawa biasa, Kami pun melaksanakan sholat berjama’ah. Terkadang
Aku ditinggal sholat berjamaah karena belum mandi.
Dapur menjadi saksi kebersamaan kami. Saat Aku menunggu
giliran mandi, sering kali Aku berteriak. Cepet...atau sebelum membuat
perjanjian untuk cepat mandi.Malam yang lelah akan aktifitas bertemankan oleh
permainan Uno yang sangat seru. Raut wajah tawa saat memberikan beda dimuka
peserta yang kalah. 15 dalam sebuah kebersamaan adalah menghadirkan 15
karakter. Inilah karakter temanku.
Randy,
Ketua Posko 17 yang sangat luar biasa.
Dengan kebiasaannya yang mengucapkan sugoine...atau melantunkan syair-syair
lagu tempo dahulu. Hingga banyak syair yang terlahir di posko 17 dengan nada
tempo dulu. Sebuah kebiasaan yang terjadi ialah “Lupa”. Seringkali Randy lupa
tempat meletakkan kunci. Dan Ia juga sering lupa ketika telah diingatkan atas
suatu hal.
Mentari,
Ketua Tema yang sangat luar biasa. Mama omen seringku memanggil. Mama yang adil
terhadap anak-anaknya. Masih teringat saat Omen meminta tolong membuatkan surat
atau yang lainnya. Sebuah khas dari kalimat Omen ialah “Tolong”. Dodo , Tolong
buatin surat. Sebuah imbalan yang diberikan Mama Omen adalah Pisang Goreng pake
susu.
Kiki,
Ibu bendahara. Sebuah teriakkan saat ingin membeli sayur,” Buk Ben”. Semua
keuangan diaturnya dengan baik. Meskipun terkadang teman-teman membayar telat,
sering kali uangnya Dia sendiri sebagai penutupnya.
Amrina,
Ibu sekertaris. Sungguh luar biasa dapat merekap berkas n kegiatan mahasiswa/i.
Ya meskipun terkadang kesiangan tetapi tugasnya dapat terselesaikan dengan
baik. Dengan gayanya yang terkadang tak sadar melemparkan sesuatu yang
dipegang. Ibu seketaris satu ini tiba-tiba langsung mandi saat terbangun dari
tidur. Ibu seketaris juga sering lupa dengan jadwal piketnya sehingga harus
diingatkan.
Daniel,
ketua Sub Unit. Sebuah semboyan yang Ia miliki adalah Slow teman-teman. Sebuah
semboyan yang terkadang membuatku geram dan tak suka. Suara paling keras saat
protes di setiap briving. Hingga terkadang Ku tertidur mendengarkan
perdebatannya yang tiada penyelesaian. Sebuah perdebatan akibat tak mau
mendengarkan penjelasan dari teman-teman. Sibuk dengan filmnya.
Mulyono.
Temanku yang satu ini hobi ngemil. Orangnya fun dan sering beliin waals. Temen
piketku satu ini memiliki kebiasaan berkata “ Alaiyoooo”. Hingga kata tersebut
menjadi sebuah trend seter di Posko 17.
Anton
Sitompul. Abang yang satu ini sering kali berkata” Kenlap”
atau “Kamman”. Aku pun sering salah menulis namanya. Sitompul menjadi Situmpul.
Abang kita ini orangnya dewasa. Inginnya yang pasti-pasti aja. Sedikit tertutup
tetapi selalu dewasa saat menghadapi teman-teman yang terkadang jahil. Ia pun
sering berkata,” Dodo, Kamu jatahnya yang rapi-rapi sedangkan Abng yang anarkis
saja. Terima kasih ya bang udah banyak membantu khususnya yang rela manjat
dinding gara-gara Aku patahin kunci
kamarnya.
Tyas,
Kakak tingkatku ini memiliki keunikan. Sebuah keunikan dari kata-katanya.
“Namun sekironyo”, jarang terlepas dari kesehariannya. Selain itu, Aku juga gak
bisa tidur dekat Kak Tyas...Why? Ada deh...
Marlina
Putri Ayu, Miss kita yang satu ini sering Aku ejekin dengan
sebutan,” Mislola”. Marlina sangat pinter masak tetapi masaknya ala Minang.
Masakannya super pedas, sehingga Aku gak kuat makannya. Tetapi minggu-minggu
terakhir, Kami disajikan masakan yang luar biasa enaknya. Ikan sambal dengan
paduan manis dan pedas yang pas.
Siti
Romlah, penyanyi posko 17 yang sering menghibur dengan
suara emasnya. Pagi-pagi yang sering terdengar ialah “
Daniellllllllllllllllllllllllllll”.Suara Ella membangunkan Daniel dengan
membawa teflon ditangannya. Ella juga terkadang salah orang saat membangunkan
temen-temen.
Agung,
Mr. Agung yang luar biasa...Kata “Kece” sering kali mewarnai kalimatnya. Teman
curhatku mengenai anak-anak SMP dan SD.
Pungki,
miss yang satu ini yang sering mengingatkan Aku untuk sholah fardu...Dodo, udah
sholat...Miss yang satu ini pinter masak dan suka membantu masak meskipun tidak
sedang piket. Kata utuk...utuk yang sering terucap. Dialah temanku sesama jawa
yang sering Ku ajak berbicara menggunakan Bahasa Jawa.
Astari,
teteh adalah nama lainnya. Temen kita yang satu ini jagonya masak. Soupnya,
em...Yummi buanget...Terasa banget...Teteh tu kerjanya rapi dan sistematis.
Triatno
Manalu, Abang kita yang satu ini sangat dewasa. Selalu
meluruskan setiap perdebatan kami. Laek Nano juga mengarahkan untuk berfikir
dewasa.
Diatas adalah 14 kebiasaan dari teman-teman Kukertaku.
Dibalik itu semua, persahabatan Kami terjalin baik. Selain kisahku bersama
sahabat-sahabatku. Kenangan yang sangat berkesan ialah bersama siswa/i SD 219/
IX Lubuk Raman dan SMP N SATAP Lubuk Raman.
22 Juli 2013 adalah hari yang menjadi saksi pertama kali
Aku mengajar di SMP N SATAP Lubuk Raman. Ada sebuah perbedaan antara siswa/i
disana dengan siswa/i yang sering Aku jumpai di Kota Jambi. Mereka memiliki
sikap yang baik dan sopan serta santun. Ada hal yang membuat Aku terharu saat
mendengar mereka berdo’a. Lantunan do’a mereka berisikan ucapan terima kasih ke
Guru. Mereka juga sangat antusias dalam mengikuti pelajaran yang Aku sampaikan.
Mereka adalah anak-anak yang luar biasa. Mereka adalah anak negeri yang haus
akan ilmu.
Tidak sebatas kedekatan di sekolah. Mereka juga mengikuti
program bimbingan belajar yang dilaksanakan oleh tim Kukerta. Hal menarik
lainnya ialah saat Kami berjalan-jalan di Waduk. Banyak sekali pengalaman
bersama mereka. Kami sering bermain UNO bersama-sama. Biasanya beberapa siswa
menginap di posko dimalam minggu.
Ada sebuah hal yang berbeda dari mereka, hingga Ku
merindukan kehadirannya. Setiap jumpa, tawa dan cerita selalu ada. Mereka anak
yang hebat dan jujur serta sopan santun. Hari demi hari Ku lewati bersama
mereka. Harus pun sering hadir saat mencuci piring bersama Amrina dan Agung.
Kami takut jika kelak siswa/i kelas IX tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan
sederajat menengah tinggi. Setiap perjumpaan kami dengan mereka selalu
memberikan semangat. Memberikan semangat untuk selalu belajar. Detik-detik
mendekati kepulanganku, anak-anak semakin dekat denganku. Tawa dan canda selalu
ada. Ingin rasanya Ku mengabdi menjadi Guru di sana, Namun sepertinya Aku takut
kepentinganku di Kampus terbengkalai. Masih teringat didalam pikiranku, Kakak
kita main GAMES yuk! Sebagai penutup pelajaran Aku sering bermain GAMES.
Detik kepulanganku bersama mereka,,,Senin pagi adalah
pengalamanku yang pertama kali menjadi pembina pada suatu upacara. Akupun
bersedih saat Aku harus menyampaikan pesan untuk siswa/i.
Aku harus merangkai kata,
“Anak-anak Kakak
Kukerta akan meninggalkan Lubuk Raman, Ambilah yang baiknya dari Kami. Kalian
harus tetap semangat belajar dalam semua bidang dan giat berlatih baik LKBB,
olahraga dan lain-lain. Anak-anak jadilah anak-anak pintar yang akan menjadi
kebanggaan orang tua kalian”.
Air mata pun tak
tertahan...
Hari itu juga, Aku
terakhir masuk kelas VII. Aku memohon izin kepada Ibu Riza untuk masuk kelas
tersebut namun tidak untuk mengajar tetapi untuk bermain bersama mereka. Kami
pun bermain, bercanda dan bernyanyi hingga diakhiri tetesan Air mata. Sebuah
lagu cerita
tentang kita by peterpan menambah keharuan...
Hening hati tak berdaya bertanya,”Besok Aku akan pulang”.
Benarkah? Aku selalu meneteskan air mata jikalau mengingatnya.
Erick, Juni, Helmi,
Untung, Uyun, Reza, Satina, Mira, Musrikin, Adi...hanya beberapa yang dekat
dengan Kakak. Namun, Kakak berharap Kalian dapat melanjutkan sekolah hingga
menjadi orang.
Haru pun terjadi tepat di 19 September 2013, saat turun
dari panggung Aku menyalami Undangan yang hadir. Sedih berpisah hingga Air
mataku pun tak tertahan. Air mata mengalir bak derasnya hujan saat bertemu
dengan anak-anak di dalam posko.
Agung, Aku dan Amrina
duduk bersila menatap mereka. Air mata mereka yang membasahi pipi membuat Kami
sedih meninggalkan Desa Lubuk Raman. Namun, Kami hanya bisa berpesan:
“Anak-anak yang luar
biasa, kalian ingin memakai baju seperti Kakak gunakan? Maka dari itu, Kalian
harus belajar dengan rajin. Tidak boleh nakal. Kakak ingin melihat Kalian
wisuda dan bertutupkan Toga di Kepala Kalian. Bergaul boleh sama siapa saja
tetapi ambilah yang baiknya jangan ditiru yang tidak baiknya. Kalian Anak-anak
hebat”
Juni, Erik, Adi, Helmi,
Uyun, Untung semangat belajar. Kakak yakin Kalian bisa.
0 Komentar